VEDHA BADRA SANTI
Oleh: Lasino
Lantunan gending-gending macapat sudah jarang
terdengar dikalangan masyarakat Jawa, kalaupun ada hanya oleh sinden-sinden
dalam perhelatan suatu kegiatan kesenian Jawa. Salah satu karya sastra yang dikarang
oleh tokoh buddhis yang menggunakan nama samaran Mpu Pandita Santi Badra adalah
Vedha Badra Santi suatu karya sastra Buddhis kejawen yang membabarkan Buddha
Dharma dengan versi Jawa, sesuai tradisi masyarakat Jawa pada masa Majapahit,
dimana agama Buddha adalah salah satu agama besar waktu itu setelah agama
Hindu.
Badra Santi pada awalnya menggunakan bahasa Kawi
(bahasa Jawa kuno), namun kemudian diubah menggunakan bahasa Jawa kontemporer
yang dapat diterima oleh masyarakat saat ini, sebab sekarang masyarakat Jawa mengalami
degradasi bahasa. Hal ini bisa dilihat dalam percakapan sehari-hari, tata krama,
unggah-ungguh yang semestinya dikembangkan oleh masyarakat Jawa telah pudar,
bahasa Jawa kadang telah tidak dikenal oleh anak-anak, mereka menggunakan
bahasa beraneka-ragam sesuai bimbingan orangtua atau guru-guru pada satuan
pendidikan tempat mereka menuntut ilmu.
Badra Santi aslinya di tulis menggunakan bahasa Jawa
Kuno karya Pandito Mpu Santibadra dari Banjarmlati wilayah Talbaya Keraton
Lasem saat Kerajaan Majapahit diserbu oleh Prabu Giri Endra Wardana dari
Kerajaan Kediri. Mpu Santibadra adalah keturunan Dewi Indu atau Purnama Wulan
Ratu Putri Lasem adik kandung Prabu Hayam Wuruk Raja Majapahit.
Kurang lebih tahun 1520, sastra Badra Santi ditulis
menggunakan bahasa Jawa baru, disusun dalam Kidung
bahasa Kawi ngoko oleh Kangjen Pangeran Tejakusuma atau disebut juga Kyai Ageng
Punggur yang merupakan keturunan Santibadra di Semanggi Lasem.
Selanjutnya Vedha tersebut dilestarikan oleh semua
trah keturunan Kangjeng Pangeran Tejakusuma yang masih taat terhadap adat
pranatan (peraturan/ tradisi) para leluhur mereka. Mereka yang masih taat
terhadap tradisi meliputi trah masyarakat Lasem, tretes, Tempur, Criwik, Sraba,
Tengger, Panowan, Ngataka, Ngiri, Dresi, Ngadem, Rembang, Gada, semua wilayah termasuk
termasuk Kabupaten Rembang.
Tahun 1983 tercipta gancaran yang diciptakan oleh Raden
Panji Kusumasmara dari Lasem wilayah Rembang, dia adalah keturunan trah Kanjeng
Pangeran Tejakusuma. Baru pada tahun 1966 Romo Upasakha Pandita (U.P)
Ramadharma Reksowardojo, menyusun dalam kidung
geguritan bahasa Jawa campuran,
tujuannnya adalah supaya bisa dimengerti oleh masyarakat di era modern saat
ini. Kemudian dibuat untuk panembrama dalam bentuk Sekar Pangkur Lamba.
Vedha Badra Santi tersebut terdiri dari 27 Bab dan
terdiri dari 586 syair yang disusun oleh Romo Upasakha Pandita (U.P) Ramadharma
Reksowardojo. Bentuk Badra Santi saat ini yang disusun ulang terdiri dari:
1.
Purwaka (kata pengantar),
2.
Mangayubagya (sambutan)
3.
Bab I Puji (Pujian) syair 1 sampai 5.
4.
Bab II Jejodohan (Perjodohan) terdiri dari syair
6 sampai 48.
5.
Bab III Anak Turun (Keturunan) syair 49 sampai syair
68.
6.
Bab IV Wong Tuwo (Orang Tua) syair 69 sampai syair
94.
7.
Bab V Sedulur (Saudara) syair 95 sampai syair 108.
8.
Bab VI Kekancan (Persahabatan) syair 109 sampai syair
163.
9.
Bab IX Galang Omah (Mendirikan Rumah) syair 164
sampai syair 178.
10.
Bab X Banda (Harta) syair 179 sampai syair 194.
11.
Bab XI Papan Plemahan (Lokasi Tanah) syair 195
sampai syair 213.
12.
Bab XII Duwe Gawe – Pahargyan (Punya Hajat atau
Perayaan) syair 214 sampai syair 225.
13.
Bab III Seni Budaya (Seni Budaya) syair 226
sampai syair 242.
14.
Bab XIV alam Raya (Alam Semesta) syair 243
sampai syair 285.
15.
Bab XV Awak Pribadi (Diri Sendiri) syair 286
sampai syair 364.
16.
Bab XVII Catur Arya Satyani (Empat Kebenaran
Mulia) syair 365 sampai syair 368.
17.
Bab XVIII Hasta Arya Marga (Delapan Ruas Jalan
Mulia) syair 369 sampai syair 370.
18.
Bab XIX Pangerten Sejati (Pengertian Sejati) syair
371 sampai syair 3390. Bab XX Pikiran Sejati syair 391 sampai syair 431.
19.
Bab XXI pengucap Sejati (Ucapan Benar) syair 432
sampai syair 455.
20.
Bab XXII Pakarti Sejati (Perbuatan Benar) syair
456 sampai syair 487.
21.
Bab XXII Panggawe (Mata Pencaharian) syair 488
sampai syair 515.
22.
Bab XIII Nyambut Gawe Sejati (Pekerjaan Benar)
syair 516 sampai syair 544.
23.
Bab XXIV Iktiyar Sejati (Usaha Benar) syair 545
sampai syair 558.
24.
Bab XXV Perhatian Sejati (Perhatian Benar) syair
559 sampai syair 570.
25.
Bab XXVI
Samadhi Sejati syair 571 sampai syair 584.
26.
Bab XXVII panutup (Penutup) syair 585 sampai
syair 586.
27.
Bausastra (Kamus).
Demikian rincian Vedha Badra Santi yang disusun
ulang oleh Romo Upasakha Pandita (U.P) Ramadharma Reksowardojo dan akan
disajikan diblog KKG Agama Buddha
sebagai pengetahuan dan wawasan baru bagi pembaca yang budiman. Penulis
sangat mengharapkan komentar saran dan kritik dalam postingan yang akan
disajikan per syair dengan penjelasan-penjelasan seperlunya sehingga bagi
pembaca yang tidak mengetahui bahasa Jawa akan tertarik akan bahasa Jawa atau tradisi
buddhis khususnya yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa dari jaman Majapahit
hingga sekarang.
Selamat pagi semua, semoga hari ini dan kedepannya kita selalu di berikan kesehatan dan kemudahan dalam segala urusan. Amin
BalasHapusNah gan kali ini saya cuma mau bilang kalo atrikel agan yang satu ini sangat bagus, saya juga sampe ngiri bacanya. Isinya komplit banget bisa tambah wawasan dan infirmasi juga ni. Saya bisa ga ya bikin artikel sebagus ini. Padat jelas dan pasti Beda banget sama artikel-artikel yang lain. yang ini gak bertele-tele langsung ke inti pembahasannya aja.
Salut saya sama agan ini. Gimana sih caranya biar artikel saya bisa sebagus ini?
Tolong jawabannya ya gan. :)